Lagi-lagi aku terbangun dalam tidurku. Mimpi yang sama.
Aku, gaun pengantin itu, dia.
Aku menyeka peluh yang membasahi dahiku. Bisakah aku bahagia dengan hidupku? Hidup yang kamu pilihkan untukku?
Tanganku meraih gelas dan sebuah tablet dari toples bening di atas meja dan segera menenggaknya.
Kamu tahu, seharusnya disaat seperti ini, pelukanmulah yang menenangkan aku, bukan rujukan dokter psikis.
Menyedihkan, memang. Aku masih mencintai kamu. Kamu yang mencintai sahabatku.
Aku mungkin naïf, tetapi tidak bodoh. Caramu menatapnya. Tatapan yang tidak pernah aku dapatkan dari tunanganku.
Empat tahun berlalu, hatiku masih sakit. Kuharap kamu sama sakitnya denganku.
Tidak. Seharusnya kamu dapat lebih.
Ck ck ck...G tadi baca semua ceritanya mulai dari Day1 sampe abis..
ReplyDeleteLike it so much...
Cara berceritanya sederhana tapi tajam
Isinya humoris, kritis, romantis (*uek) sekaligus inspiratif
Sudut pandang yg diambil sgt luas dan amat variatif...
Great!!
kalau kata SBY mah "Lanjutkan..." kekeke...
@bobi: ahh bung bobi, makasih yaa :) tolong dikirim makanannya kemari spy saya bs dapet inspirasi, gitu hehehe
ReplyDeletecalon2 dibukuin nih blog
ReplyDelete@binhasan: aminnnn.. thanks for coming yaa :D
ReplyDelete