Friday, November 11, 2011

02 - Kamu percaya takdir? Aku percaya.

Takdir. Kamu percaya takdir? Aku percaya.

-

Kami berpisah sesaat setelah tangan kami bertaut dan bertukar nama. Hanya nama dan genggaman hangat, sehangat senyumannya.

Setelah itu, aku berjalan ke arah yang aku tuju, dan dia melanjutkan perjalanannya ke arah yang berlawanan. Aku tidak menoleh ke belakang sama sekali.

Kresna adalah laki-laki yang menarik, seingatku. Sekilas. But it was nothing, but coincidence.

Seluruh alam semesta yang tidak mengijinkan aku bersatu dengan Vincent, mempertemukan aku dengan seseorang yang sama-sama basah kuyup di tengah kekeringan.

Seperti sebuah pengingat bahwa aku tidak sendirian. Ada juga orang lain yang hidupnya tidak kalah miserable dengan hidupku.

Ngomong-ngomong, Kresna kemarin pakai kacamata tidak, sih?

-

Incoming Call. Vincent.
Getaran ponselku terdengar bahkan di ruangan yang sebenarnya cukup bising ini.

Vincent terus meneleponku semenjak dua hari yang lalu.. dan aku tidak punya nyali untuk mengangkatnya. Begitu pula dengan pesan singkat yang bertubi-tubi. Uh!

“Louisa! Kalo lo nggak mau angkat, gue yang angkat nih!,” kata Sandra, sahabat, partner bisnis, penasehat pribadiku.

“Jangan, iya iya, gue aja,” aku memegang tangannya yang sudah memegang ponselku. “Tapi gue nggak tau mesti ngomong apa sama dia.”

Ia lalu kembali duduk di dekat tumpukan kardus-kardus berisikan barang-barang bekas, lalu terdiam sejenak seakan tidak tahu harus mulai dari mana.

Lalu sekali lagi ponselku bergetar hebat di atas meja.

“Angkatttt!,” teriaknya sambil menimpukku dengan.. entah apa itu.
“Iya, iya!,” aku memandangi sejenak sambil membiarkan ponsel itu bergetar di tanganku. Angkat, nggak, angkat, nggak. Angkat? Nggak. Angkat! Nggak.. Uh!

“Lu, eventually lo harus ngomong juga kan sama dia.”
“Iya sih.”
“Jangan kelamaan.. kesian anak orang.”
“Mm.. iya.”
"Kalo lo diemin dia kaya gini tuh ya, kayak dia yang salah."
"Loh, jadi gue yang salah?"
"Yang jelas sih bukan dia yang salah ya.."
"Iya sih."
"Tapi bukan salah lo juga kalo lo tiba-tiba merasa bahwa lo gak bisa nikah sama dia."
"Iya.."
"Lo pasti punya alesan kan."
"Iya.."
"Tapi cara lo itu yang nggak bener. Masa dia nggak ada salah, terus lo diemin dia, cuekin setiap telpon dan sms dia?"
Aku terdiam.
"Angkat telponya, hadapi kayak orang dewasa."
"Iya buset deh."
“Jangan iya-iya aja.”
“Iyeeeee!”

Lalu getaran itu berhenti.

Aku membanting tubuhku ke sofa yang dingin sambil memandangi ponselku yang telah berhenti bergetar dan menghela nafas ku dengan berat.

Lalu Sandra menyusulku. “Lo itu kenapa sih?”
“Nggak tau,” aku menyesap teh-ku. "Aneh ya?"
“Inget nggak, dulu lo pernah bilang ke gue.. Dia udah yang paling mentok di dunia deh.”
“Inget,” aku menawarinya sekotak kue kering, “Kukis?”
Ia mengambil beberapa, “Terus? Dia ngajak lo kawin, gitu?”
I know!” Aku merebahkan kepalaku.
“Terus? Tiba-tiba lo merasa kalo kalian rasanya nggak ditakdirkan bersama? Atau lo ngerasa dia kurang baik untuk lo? Atau kebalikannya, lo tiba-tiba merasa lo kurang pantes untuk dia?”
“Mungkin.. sebagian kecil dari semuanya. Kecampur aduk jadi satu.”
“Atau lo aja yang belom pengen kawin.”
Aku nyengir.

Aku nggak akan bilang penyebab utamanya hujan, dong.

“Apapun alesan lo,” ia berdiri dan mengebas remah kue kering dari bajunya, “lo gak bisa ngabur terus. Kelarin sama Vincent. He deserves a decent closure.”
Aku terdiam.

Sandra berjalan menjauh dan kembali asyik dengan kardus-kardusnya.

Tanganku menekan tuts dan mencari nama Vincent. Memandanginya beberapa saat lalu menekan tombol 'call'.

“Hei.. Vincent..,” aku berjalan masuk ke ruangan dalam toko kami, meninggalkan Sandra di ruang utama yang masih berkutat dengan pekerjaannya.

-

Klining Klining, suara bel toko dibunyikan.

Sandra berjalan ke depan membuka pintu.

“Malam. Toko Second Opinion?”, laki-laki itu membawa karangan bunga yang besar.
“Iya. Ini dari siapa ya?”
“Ada kartunya, mbak.” Ia menyodorkan tanda terima, “Silakan tanda tangan disini.”
“Interiornya lucu banget, vintage.”
Sambil menandatangani tanda terimanya, “Makasih..”
“Toko apa ya kalau boleh tahu?”, sang kurir bunga pun bertanya layaknya bukan sekedar kurir.
“Kita jual barang bekas gitu.. Semacam thrifted store gitu lah.”
"Oh. Apa aja yang dijual? Fashion?"
"Macem-macem sih. Dari fashion kayak baju, aksesoris, sepatu, sampai pajangan, lukisan, apapun."
"Oh oke."

Sandra memperhatikan kurir yang terlihat rapi dan terpelajar itu dan kemudian menyerahkan tanda terimanya.

Setelah mengembalikan salinan tanda terimanya ia mundur setapak, “Sukses ya tokonya.”
“Oke. Makasih ya.”

Sandra menutup pintu sambil lalu mengintip kartu tersebut.

“Lu, kita dapet bunga nih,” ia meletakkan tanda terimanya di atas meja lalu menyusul Lulu ke dalam ruangan.

_


TANDA TERIMA


FlowerHaus
Petugas Pengantar: Kresna

Tanggal 23 Juli 2011


Telah diterima karangan bunga untuk Toko Second Opinion, Jakarta.
Oleh: Sandra
Jam: 19.02

Monday, November 7, 2011

New layout & Lulu dan Kresna

New layout (with temporary header - i'm just too busy to get the header done by today, ack!), and new series is up.

Belum dapet judulnya nih, but let's stick with Lulu dan Kresna dulu, oke?

Niat dari ceritanya sih lebih ke percintaan dan persahabatan dalam dunia sehari-hari. Kuantitas kegalauan akan tetap dipertahankan, tapi tidak sebanyak yang lalu-lalu, but let's see what I can do here... I'm trying, so fingers crossed!

Sebenarnya ada cerita lain yang teronggok lemas di hardisk, but what the heck, ah, pengen mulai yang baru dengan semangat novelog seperti Nina dulu ;) I will try my best to keep posting regularly, yay!


Masukan, kritik dan saran selalu ditunggu, just drop it at the comment link or you can email me - find it at the menu up there (yes, i just added menu so it will look like a website than a one page blog haha!)

Selamat menikmati :)
.. dan semoga header temporary-nya nggak ganggu ya? Namanya juga temporary. hihihi.

01 - Lulu dan Kresna

Seharusnya untukku hari ini menjadi hari yang paling cerah.

Bagaikan konspirasi alam, seakan-akan hujan mengacaukan segala yang kubayangkan akan menjadi indah hari ini. Seharusnya aku resmi menjadi tunangan seseorang, ya, hari ini.

-

Aku menatap bayanganku pada kaca depan restoran kesukaanku dan Vincent. Rambut yang telah di-roll semalaman hancur karena hujan. Riasanku juga hilang di sapu air yang berterbangan menyapa wajahku. Tidak adil. Ini harusnya menjadi momen yang penting!

Aku menatap lebih jauh ke dalam restoran. Vincent duduk di tempat favorit kami. Ia duduk membelakangi pintu masuk, seperti biasa. Ia menatap cangkir di depannya dalam-dalam, sesekali mengetuk-ngetukan jemarinya yang mengalungi cangkir tersebut. Ia mengenakan sweater hitam kesukaanku. Ia pasti tampak tampan, seperti biasa.

Beberapa saat lalu, Vincent menanyakan 'pertanyaan besar' itu. Bukannya aku tidak mencintai dia, tapi ini keputusan besar, aku tidak tahu apakah ini saat yang tepat untuk.. menjadi istri seseorang.

Tadi pagi aku bangun dengan keyakinan penuh bahwa Vincent lah Mr. Right-ku. Aku menelponnya, dengan sejuta - mungkin lebih, kupu-kupu di perutku, mengajaknya bertemu siang ini dan saat aku bertemu dengannya nanti, aku akan menerimanya bahkan sebelum ia sempat berkata-kata apapun. Menciumnya dengan penuh hasrat tanpa peduli akan dilihat semua orang. Ergh, mungkin tidak.

Namun hujan seakan pertanda. Sekarang, perasaanku berubah.
Mungkin aku memang tidak ditakdirkan bersama Vincent.

-

Aku percaya pertanda. Mungkin terdengar begitu bodoh dan dangkal, tapi aku mempercayai kutipan 'Everything happens for a reason'.

Vincent yang begitu tampan, dan baunya selalu menyenangkan. Ia tidak merokok, yang menurutku nilai plus, secara finansial mapan, kemampuan masak yang di atas pria pada umumnya, dan ia suka jazz ringan. Lucu kan? Uhh, aku mendadak merasa begitu bodoh dan dangkal.

Tanpa sadar aku telah berjalan cukup jauh, tanpa menoleh ke belakang sedikipun. Aku tidak menemuinya. Tapi aku berharap secarik kertas dan kotak kecil berwarna biru tua darinya yang kutitipkan pada salah satu pelayan cukup untuk membuatnya memaafkan aku.

Setelah ini tidak akan ada lagi drama percintaan antara aku dan Vincent. Paling tidak aku membebaskannya dari semua siklus kegalauanku. Mungkin Vincent tidak akan pernah memaafkanku. Aku bahkan tidak sanggup menemuinya dan mengatakannya langsung. Aku pantas dibenci, dan Vincent pantas mendapatkan yang lebih baik daripada aku.

Matahari saat ini bersinar cukup terik saat ini, bahkan cukup untuk mengeringkan semua hal di sekitarku, selain aku. Dengan rambut dan semua yang menempel di tubuhku basah saat semua yang ada di sekitarku kering, aku merasa seperti orang bodoh.

.. dan orang bodoh ini hanya ingin pulang ke rumah.

Aku mempercepat langkahku sambil menunduk, lalu dengan sukses menabrak seseorang, cukup keras rupanya sampai membuat semua bawaan kami jatuh ke lantai.

"Sorry.. sorry banget. Nggak sengaja. Nggak maksud juga nabrak. Aneh juga kan kalo sengaja?", racauku sambil memungut tasku lalu memandangi orang yang kutabrak, atau mungkin dia yang menabrakku. Laki-laki itu memungut buku bersampul biru yang tampak keriting, basah karena air, sebuah minuman kaleng yang isinya bahkan masih mengalir keluar, ponsel dengan tuts super banyak dan beberapa uang koin. Memangnya tangannya ada berapa?

"Sorry juga," ia tersenyum, lalu membuang kaleng di tangannya.

Tunggu. Kami tampak... serupa. Dia juga basah seperti aku.

Kami berpandangan sejenak lalu menahan senyum tersungging di bibir kami.

"Louisa," aku menawarkan tangan kananku padanya.
"Kresna," ia menyambutnya dengan hangat.

-

Rupanya hari ini jauh lebih cerah dari apa yang aku harapkan.

Friday, August 26, 2011

NicerandSillier got featured on JakFM!

Hello!

Lama nggak update, i know. Sebenernya banyak banget naskah teronggok di mesin saya, baik fiksi maupun curcol, tapi semuanya masih ngambang alias nggak nemuin mood yang enak untuk nyari lanjutan atau endingnya.. dan saya malahan bikin naskah-naskah baru! *pentung

Anyways,

Tanggal 11 Agustus kemarin, seorang cewek keren bernama Mya, salah satu teman baik saya mention di twitter, katanya blog ini di-feature di JakFM - kantornya (oh BTW, she's a music director, loh. Keren yaaa!), dan selama jam program tersebut, blog saya akan di promosikan 3 kali.

Jadiiii, mengudara deh niiih, nicerandsillier :)
Mari terus berkarya! Bersulaaaaaangggg!

Beyond happpppyyyyyy! Makasih yaa Mya! :*

Thursday, February 24, 2011

Day 30 #30HariCSK: [Katrina]

Lagi-lagi aku terbangun dalam tidurku. Mimpi yang sama.

Aku, gaun pengantin itu, dia.

Aku menyeka peluh yang membasahi dahiku. Bisakah aku bahagia dengan hidupku? Hidup yang kamu pilihkan untukku?

Tanganku meraih gelas dan sebuah tablet dari toples bening di atas meja dan segera menenggaknya.

Kamu tahu, seharusnya disaat seperti ini, pelukanmulah yang menenangkan aku, bukan rujukan dokter psikis.

Menyedihkan, memang. Aku masih mencintai kamu. Kamu yang mencintai sahabatku.

Aku mungkin naïf, tetapi tidak bodoh. Caramu menatapnya. Tatapan yang tidak pernah aku dapatkan dari tunanganku.

Empat tahun berlalu, hatiku masih sakit. Kuharap kamu sama sakitnya denganku.

Tidak. Seharusnya kamu dapat lebih.

Day 29 #30HariCSK: Dingin

Tunggu.

Seenaknya saja ia menggerayangi tubuhku! Memandangi wajahku tanpa ekspresi. Hey, sekarang dia memandangi bagian terlarang-ku.. Hey!

Belum pernah aku semalu ini dalam hidupku! Telanjang, tergolek pasrah. Ya,, benar-benar tidak berdaya.

Bagian terburuknya, aku tidak mampu melakukan apa-apa. Perlawanan, reaksi negatif, reaksi positif, apapun. Aku hanya mampu mengawasi matanya melucutiku.

Saat ini ia memandangi perutku. Oh tidak, jangan. Memang harus kuakui memang ada kelebihan beberapa kilogram di situ.

Ia menyeka kakiku dengan kain basah begitu lembut, perlahan tapi pasti.

Romantis? Sama sekali tidak.

Setelah usai, ia menutupi seluruh bagian tubuhku hingga kepala dengan kain putihnya, memasukkanku ke dalam laci dingin.

Wednesday, February 23, 2011

Day 28 #30HariCSK: Trash Talker

“Aku masih sayang kamu,” lelaki itu berteriak di tengah keramaian. Gila! Dia pikir ini sinetron, apa? Bagus. Semua melihat ke arah kami.

Aku membuang muka dan terus berjalan menjauhi dia.

“Tata! Tunggu, Ta!”, suara derap langkah yang dipercepat terdengar. Ia pasti mengejarku.

Aku terus berjalan.

“Kamu ga percaya?”

Aku mempercepat langkahku.

“Tata, apa aku harus berteriak lagi supaya seluruh dunia dengar kalau aku sayang kamu?”

“Terserah,” jawabku sekenanya.

“Aku masih sayang kamu, tolong kasih aku kesempatan.”

“Sudahlah, lupakan saja aku.”

“Ta, plis ta.. dengerin aku dulu..” Tangannya meraih tanganku dengan kasar.

“Sakit, ___________ (isi dengan kata kasar)!”, spontanku.

CUT! Tata, jangan kasar-kasar dong, manis!”

Day 27 #30HariCSK: Blackout

Sejak siang tadi ponselku low-batt. Langsung ku colokkan kabel charger dengan sigap dan tersenyum senang saat melihat indikator batrenya berkedip tanda terisi.

Sementara terpasang, aku sibuk membaca-baca ulang SMS yang kuterima hari ini, dan juga foto-foto yang kemarin ku abadikan saat bertemu dengan teman-teman.

Aku membalas pesan singkat yang tadi tidak ku prioritaskan, dan juga mengecek akun-akun pada situs jejaring sosial. Sesekali aku tersenyum membaca komentar dan balasan dari teman-temanku, lalu membalasnya kembali.

Sambil menikmati pendingin ruangan, aku membaringkan diriku ke atas kasur dan menyalakan televisi dengan pengendali jarak jauh, mencari-cari acara yang menarik, ah, sinetron kesukaanku!

PETTTTTTT.

Kurang ajaaaaaarrrr!

*Mati lampu, sehari dua kali. Kalah jadwal mandi gue!

Tuesday, February 22, 2011

Day 26 #30HariCSK: Menurut lo?

Jahat sekali mereka itu.

Dulu kata ibu, suaraku nyaring sekali saat aku baru lahir.

Katanya, kalau senang bernyanyi, jangan setengah-setengah. Jangan puas dengan perlombaan antar kelas atau bahkan antar sekolah. Kalau bisa jadi artis sekalian!

Maka dari itu aku mengikuti audisi lomba menyanyi se-Nusantara ini. Gak level deh, ikut lomba kelas teri begitu.

Aku memasuki ruangan dengan penuh percaya diri. Musisi Akang, Diva muda Agnes Maulagi, Erwin Gitar-wah. Siap-siap minder-lah kalian!

Tau gak, aku disuruh pulang! Sedari SD aku pemimpin upacara, loh! Sudahlah, mungkin memang selera mereka yang norak.

Lihat saja nanti, mereka pasti menyesal kalau melihat saya di TV!

*Rasa percaya diri kadang berbanding terbalik dengan kemampuan. Kaya begono deh jadinya! #eaaa

Day 25 #30HariCSK: ada monyetnya

Aku melangkahkan kakiku kecil-kecil tapi cepat, menjauh dari keramaian. Semoga air mataku tidak tumpah.

Hatiku bergejolak saat ia melintasiku.
Melintasi, loh. Hanya melintas. Lewat begitu saja.

Tidak bisakah ia menyapaku? Hai, halo, apa kabar, apapun!

Sialnya lagi, wangi parfumnya seakan masih menghantui inderaku. Seakan seluruh dari diriku tidak rela melepas pesonanya.

Wah, dia berjalan ke arah sini lagi. Duh, rambutku sudah rapi belum ya? Apakah dia menyadari aku pakai baju Hijau.. dia kan suka sekali warna hijau!

Hei hei hei! Lagi-lagi ia melewatiku. Melirik saja tidak!

Sekali, kumaafkan. Dua-tiga kali, tidak apalah. Sepanjang hari? HUH.

Benci. Caranya mengecup wanita-nya. Benci!

Day 24 #30HariCSK: cinta?

“Kamu cinta aku say?”
“Cinta dong, yank!”
Really, honey?”
Yes, sweetie. Kamu?”
“Aku cinta lovey too.”
“Beneran Beb?”
Cintaaaah?”
“Iya, mamah..”
Mamah kangen.”
Papah lebih kangen lagi. Muach.”
“Muach. Bebsi.. Kamu kesini jam berapa? Jadi kan ke rumah?”
“Oh tentu darling. Udah kangen banget ya sama akyu?”
“Iya, bebiii. Cepetan.”
“Iya baby boo. Sabar dong. Aku belum mandi.”
“Gak usah, pentingan mana mandi sama aku? Aku kangen bang-gets!”
Schatz, pasti lebih penting kamu dong! Ya udah aku mandi dulu yah.”
“Tapi jangan lama-lama ya SweetiePie, love you.”
love you too manis.”
“Love you liebe.”
Aishiteru.”
Wo ai ni”
Ich liebe dich.. Muach.”
….


*Udah lewat 100 kata, maaf, pembicaraan jijay ini nggak bisa dilanjutkan :p

Day 23 #30HariCSK: makan

“Ayam goreng krispi*, ma!”, tangan kecil itu meremas genggamannya saat melihat gambar kakek beruban tersenyum ramah.

Ia merengut saat ia melihat mamanya menggeleng. Seakan lupa, dua puluh detik setelahnya ia sudah kembali ceria.

Tangan kecilnya menunjuk orang-orangan berkepala besar yang bergoyang-goyang. “Mama, bola kepala pocong!**”

Ia segera melupakannya ketika kepala itu kembali menggeleng.

“Waaaah… roti lapis daging keju*** ma..”, tangan kecilnya kembali meremas dan kali ini digoyang-goyangkan dengan heboh saat ia melihat sekumpulan anak-anak melahap roti lapis dengan mahkota kertas di kepalanya.

Mama tersenyum namun menggeleng. ‘Tidak apa’, pikirnya riang.

Lalu Mama mengajaknya ke suatu tempat.

IRASSHAIMASE!”

“Waaaah, nasi kepal**** kesukaanku!"

-----------------------------------------------------

Moral of the story:
1. Sabar ciiin, best things come to those who waits, gitu katanya. Kadang saat kita lelah menunggu, kita malah tau-tau dapet hal yang lebih baik :)
2. Beneran deh, Fast Food itu enak sekali. Huh, inget resolusi seumur hidup: kurangi junk food!*KFC
**Ekkado-nya Hokben
***Burger King
****Sushi (apa kek)

Day 22 #30HariCSK: Ups

“Ini apa?”, ia melempar kemejaku yang kukenakan kemarin.
“Kemeja.” Jawabku singkat.
Ia mengambil kemeja yang ia lempar tadi dan menelusurinya satu-satu. “Ini! Ini apa!”, kali ini ia menyodorkan bagian kemeja yang ternoda pemulas bibir berwarna pink.

Aku berpikir harus menjawab apa.

“Kamu main gila? Tega kamu mas!”, jeritnya histeris.

Aku masih berpikir.

“Gak bisa jawab, mas?”
“Nggak gitu dek.”
“Jadi itu?”
“B-bekas lipstik. Tapi mas nggak tau itu dari mana. Mungkin terkena saat berdesakan di lift.”

Marni terdiam.

“Percaya sama aku dek,” aku membelai rambutnya, lalu ditepis dengan ambekan khas darinya.

“Kalau lagi ngambek gini makin manis deh, Yanti..”

BUKKKK!

*Ps. Selingkuh. You just gotta choose HOW you’ll be busted. In harsh or uglier way? ;p

Tuesday, February 15, 2011

Day 21 #30HariCSK: Caper

Cari perhatian.

Begitu kata teman-temanku tentang aku.

Aku tidak cantik, teman-teman wanitaku mengkonfirmasi tentang itu. Mereka membenciku. Tetapi laki-laki? Tergila-gila padaku.

Tita, kembang sekolah, cantik, pintar, supel. Ia menuduh aku merebut gebetannya, padahal yaa, aku memang menyukai Rino. Setelah melabrakku, ia dan teman-temannya menempelkan permen karet ke rambut panjangku yang indah (dan digilai laki-laki).

Berkat keahlian ibu, rambut panjangku dapat diselamatkan. Tapi aku memotongnya hingga pendek. Pendek sekali.

Aku berwajah pucat. Guru bertanya padaku. Aku (pura-pura) ketakutan. Mereka mendesak. Aku menangis (buaya), mencurahkan kepedihanku selama ini.

Guru membelaku.
Rino memilihku.
Tita dikeluarkan dari OSIS.
Para wanita masih membenciku.

Tidak apa.

Day 20 #30HariCSK: Bola

Aduh!

Gerombolan anak-anak itu menimpukiku dengan bola-bola berwarna. Tidak sakit sih, tapi.. argh!

Tuk.
Tuk.
Tuk.
Merah, merah, kuning.
Tarik nafas…….

Tuk.
Tuk tuk.
Tuk.
Aku melirik. Biru, hijau, biru, merah.

Mereka tertawa terbahak-bahak. Aku memunguti bola-bola itu dan mengembalikannya ke kolam bola.

Tuk.
Bola kuning, tepat mengenai wajahku. Tarik nafas…
Tuk. Tuk. Tuk tuk tuk tuk tuk.
Gelak tawa itu menjadi-jadi.

Aku mulai melempari bola-bola itu kepada mereka. Ralat. Aku mulai menyambiti mereka.

Awalnya mereka tertawa, namun seketika berubah menjadi tangisan rewel, bahkan histeris.

Hariku diakhiri dengan amplop berisi beberapa lembar uang kertas. Ah, cari kerja memang susah ya?

Day 19 #30HariCSK: Penipu

Dear kamu,

Cukup sudah kesabaranku teruji dengan sikapmu yang membuatku mual. Bukan karena kamu lebih cantik, lebih kaya, ataupun lebih langsing. Bukan juga karena rambutmu lurus alami, lebih putih, dan juga lebih modis.

Tapi karena kamu penipu!

Kamu memang hebat, fotomu terpampang di mana-mana. Gigimu sempurna, wajah mulus dan senyummu mempesona.

Aku begitu geram melihat kukumu yang terkikir dengan rapi, dengan pemulas warna merah mengkilat, sungguh matching dengan bibirmu yang merona indah.

Tahukah orang lain (selain aku) bahwa kamu, tidak secantik yang terlihat dari rupanya? Kakimu berbulu, punggungmu berjerawat, keringatmu lebih bau dari neraka?

Terlebih lagi.. kamu punya jakun. Hih!

Tuesday, February 8, 2011

Day 18 #30HariCSK: Block

Beberapa saat aku menatap televisi yang sedang menayangkan cerita detektif, kesukaanku. Berusaha menebak-nebak siapa pembunuhnya, sambil memperhatikan setiap detil yang diberikan. Ya, layaknya detektif betulan.

Tiba-tiba aku teringat kedua tanganku masih ada diatas keyboard komputer, layar yang menampilkan bidang putih besar seperti kertas terpampang bersih dan kosong melompong, menyisakan sebuah garis penanda kecil yang berkedip-kedip di sisi kiri atasnya.

Aku menatap bidang kosong itu, menuliskan beberapa kata, lalu menghapusnya kembali. Sesekali terdistraksi suara dari televisi, kadang suara senjata api, suara teriakan, bahkan iklan.

Sambil mengunyah biskuit hitam ber-packaging biru tua, aku mulai mengetikkan kata demi kata sambil bersuara, “Beberapa saat..”

-----
*kisah nyata ini, sungguh.

Thursday, February 3, 2011

Day 17 #30HariCSK: Cina

Jangan panggil aku ‘Cina’.

Aku memang warga Negara keturunan Tionghoa. Mataku sipit, kulitku pucat. Tetapi jangan panggil aku ‘Cina’.

Menyakitkan? Nggak juga. Justru aku bangga, kata orang, orang Cina itu rajin, pekerja keras dan tidak mudah menyerah. Sedikit banyak, aku termotivasi untuk menjadi seperti mereka. Toh aku hanya.. seper-sekian keturunannya saja.

Kalian tahu? Orang Cina sangat menghormati orang tuanya. Mereka juga pintar menyimpan uang, alias irit. Maka dari itu banyak dari mereka yang kaya raya.

Jangan panggil aku ‘Cina’ yaa. Apalagi ‘Amoy’.

Menyakitkan? Tidak.

Aku memang keturunan Tionghoa. Jangan panggil aku ‘Cina’, karena aku punya nama.. Panggil aku Mei Hua.

Day 16 #30HariCSK: Pelit?

Matanya melirik kesana kemari. Bulu matanya yang lebat dan panjang bergerak bersama dengan kedipan lugunya. Sesekali ia memperhatikan satu hal, setelah itu kembali mengajak pandangannya menari dan memperhatikan hal lainnya.

“Mau makan apa?”, suara itu membuyarkan konsentrasinya.

Gadis kecil itu terdiam, lalu memperhatikan hal lainnya. Pelayan yang membawa nampan, tamu di meja sebelah, gelas yang dipegangnya, Apapun.

“Sayang, nggak laper?”, dia lagi, kali ini mulutnya berdecak, berisi nasi dan ayam goreng. Sepertinya lezat…

“Say, makan dong..”

“Enak loh ini.” Kraus Kraus Kraus..

“Sssslurppp Ahhh..”

Ia memasukkan jari telunjuk pada lubang hidungnya, diiringi dengan mimik seakan berkata, “MENURUT LOOO? MANA MENUNYAAAA?”

*Based on True Story. Well actually, inspired by the little girl with her dad (probably) at the table next to ours yang kaga makan, meanwhile si babe lahap beneeeeur!

Tuesday, February 1, 2011

Day 15 #30HariCSK: Sabar

"Belom juga ya?"
"Belom."

"Udah belom?"
“Ck ah, belom! Sabar, bentar lagi palingan..”
“Lama ya…..”

“Err.. masa selama ini sih?”
“Ya emang…”
“Huu…”
“….”

“….”
“Ngapain sih ngelongok-ngelongok melulu!”
“Abis lama…”
“Ya diliatin juga ngga akan jadi cepet!”
“….”
“Udah sana duduk deh.”
“Iya..”
“Dasar ga sabar amat..”
“Ha?”
“Ck, udah duduk aja, sabar.”
“Iya…”

“Haduuuuh, lama amaaaat..”
“….”
“Udah nggak tahan iniii..”
“Ck.”
“….”

“Haduuhh, bikin ribet aja sih, sana ah!”
“Cuma pengen liat, berapa lama lagi..”
“Bentar lagi kok.”
“Dari tadi juga bentar lagi bentar lagi!”

“Nih..”
“Waaaaaww..”
“Enak ayam gorengnya?”
“Enaaaakk!”
“Abisin semua ya? Jangan disisain.”
“Iyaaaa!”


*based on true story - balada ayam goreng tepung buatan koko yang asli enaaaak banget!

Saturday, January 22, 2011

Day 14 #30HariCSK: Rindu

Aku memandangi langit. Sudah tiga, hmm.. tidak, empat hari berturut-turut aku tidak melihatmu, matahariku.

Aku merindukan kehangatanmu saat kau menyapaku, menyentuh wajahku.
Aku tidak mampu ceria tanpamu.

Anehnya, aku bisa melihat sinarmu. Jauh dibalik segala awan kelabu yang menghalangimu.. menghalangiku.. menghalangi kita.

Desir angin yang menerpa wajahku. Kapankah kita bertemu? Aku rindu sekali.. Kamu tidak meninggalkanku, kan?

Ternyata, kamu sangat berarti bagiku. Saat sebagian orang bersukacita karena, ternyata, kamu bisa jadi biang kerok untuk mereka. Tetapi sebagian sama sepertiku.. menantimu.. merindumu.. sungguh merindu.

Setiap hari aku berharap, kita bisa berjumpa.. Semoga besok kamu datang ya.. supaya cucian majikanku ini kering!

Day 13 #30HariCSK: Tahan

“Bego banget sih! Gitu aja ngga bisa!”
“Bagus gaji kamu nggak saya potong! Mau kamu?”
“Dasar orang kampung!”
“Bego di piara!”

Panas telinga gadis berkuncir kuda itu. Lusuh, iya. Bau, iya. Bodoh? Mungkin. Begitu kata majikannya.

“Haduuuuh, menopause saya liat kamu kerja!”

Air matanya seakan sudah tidak ada lagi, ia sudah bosan menangis mendengar cacian majikannya. Hati sudah tidak tahan, tapi apa daya mencari kerjaan itu sangat sulit.

Ia pernah berjanji dalam hati, seburuk apapun ia diperlakukan, ia tidak akan pernah membalasnya kepada siapapun.

Hari ini ia masih menelan janji yang sama.

Seminggu kemudian, sang majikan ditemukan mati di tikam.

Thursday, January 20, 2011

Day 12 #30HariCSK: Unfollow

@CrispiRoll Sukses insomnia (lagi)!
@k0kiHandal abis ngopi yaa? RT @CrispiRoll Sukses insomnia (lagi)!
@CrispiRoll @k0kiHandal gitu deh.. Re: insomnia
@K0kiHandal Ngopi dimana? Kok ga ngajak? RT @CrispiRoll @k0kiHandal gitu deh.. Re: insomnia
@K0kiHandal @CrispiRoll kapan2 ngopi di mall X yuk, enak, kamu pasti suka!

@CrispiRoll @k0kiHandal hehe iya2
@K0kiHandal @CrispiRoll Sabtu gue kosong kok

@K0kiHandal @CrispiRoll Halo? Udah tidur ya?
@K0kiHandal @CrispiRoll Kok dicuekin sih?

@K0kiHandal @CrispiRoll selamat tidur…

@K0kiHandal huhu.. ditinggal tidur nih :p

@CrispiRoll Yang kaya gini ga layak kalo cuma di unfollow!
@KokiHandal Siapa? Ngapain emangnya? RT @CrispiRoll Yang kaya gini ga layak kalo cuma di unfollow!

Wednesday, January 19, 2011

Day 11 #30HariCSK: Lemas

Kepala cenat cenut (Bukan lirik lagu). Keringat mengalir deras. Pandangan sesekali kabur. Hup, tangannya memegangi sandaran terdekat.

Tangannya kini bergetar. Lututnya juga. Keringat terus menetes.

Letih. Capek. Tidak berdaya.

‘Sungguh, aku tidak sanggup lagi!’, jeritnya dalam hati.

Kedua sikutnya bertumpu pada kedua pahanya. Kakinya yang masih bergetar seakan nyaris tidak mampu lagi menahan tumpuannya.

Ia menyeka keringat di dahinya dengan gemas, tetapi tanpa tenaga.

‘Aku hanya ingin bebas..’, katanya lirih.

Ia meraih benda bercedok itu dan mengambil air sebanyak-banyaknya.

Brrrrrrrrrrrrrrr, suara air bergemuruh di ‘tempat pembuangan’ itu, lalu ia keluar secepat mungkin sampai rasa itu kembali berkecamuk di perutnya.

*Yang ini, judulnya Curcol :p Pergilah cepat-cepat, kau, diare nggak sopan!

Tuesday, January 18, 2011

Day 10 #30HariCSK: Komitmen

Bzzzzzzz. Suara televisi lagi-lagi mengganggu tidurku. Aku terbangun.

Jam 2 pagi.
Aku melihat ke sebelah kananku. Kasurnya kosong.

Itu dia. Terlelap didepan depan TV, tergolek di kursi malasnya. Seperti biasa.

Aku turun dari kasur dan mematikan TV dengan remote yang hampir terlepas di genggamannya.. lalu memungut kemeja bau keringat yang digunakannya semenjak pagi. Kaus kaki.

Ia terlelap seperti tidak pernah tertidur sebelumnya. Remah kue tersebar di sekitar bibirnya. Bulu-bulu kumis yang berantakan. Tangannya menggendut. Di jemarinyapun tidak muat lagi cincin pemersatu cinta kami. Uh. Bau bir!

Aku memperhatikan cincin di jemariku. Lalu kembali memandangi dia.

“Sayang, pindah ke kasur, sana.”

*belum tahu rasanya, sih, tapi ini.. terinspirasi dari mama saya yang hebat. Eh, papa saya nggak nge-bir. Terinspirasi, ya, terinspirasi!

Saturday, January 15, 2011

Day 9 #30HariCSK: Semangat!

Dengan lunglai ia berjalan menelusuri jalan, dipayungi sinar matahari yang, kalau kata Bang Rhoma Irama, sungguh ter..la..lu…

Sesekali ia berteduh, memainkan gitarnya yang sudah menemaninya sejak lama. Ia mengeluarkan botol minum yang ia bawa di tas kecil yang tergantung di pinggangnya, menenggak seteguk, lalu memasukkannya kembali.

Sudah setengah hari ia menjajakan suaranya. Ia mengintip ke balik tas kecilnya. Enam ribu tujuh ratus Rupiah. Lumayan.

Ia memandangi uang koin dua ratus Rupiah yang diberikan seorang gadis kecil yang tidak jadi membeli sebutir permen susu kesukaannya, penuh semangat.

Ah, ia berjalan lagi, kali ini dengan senyum di wajahnya dan keteguhan di hatinya.

Thursday, January 13, 2011

Day 8 #30HariCSK: Artis Muda

Mati deh, ini udah tanggal 13 dan saya sukses ngutang hampir 2X lipat! :s
Alright, will get it done 30 days, tapi ga janji bisa kelar di tanggal 30, oke?

-------------------------------------------

Aku mengetuk-ngetukkan ujung bolpen ke atas meja, sehingga menimbulkan suara-suara, yang aku tahu sangat menyebalkan sekali. SO WHAT?

Tidak puas dengan suara tumbukan itu, kakiku pun ku ketuk-ketukkan untuk membunuh rasa bosan yang teramat sangat - ke kaki meja yang terbuat dari besi itu.

Jarum panjang kini melewati angka 11. Semakin kupandangi jam dinding itu, entah mengapa semakin lamban saja detiknya berjalan!

Permainan beat dari pensil di tanganku semakin intens dan kakiku kuantukkan lebih antusias lagi, Ayo, dong!

Bahkan aku tidak tahu apa yang guru itu bicarakan sedari tadi!

KRIIIIINNNNNNNGGGGGGGGGGG.


YEAHHHH! Show time!!

*backsound: hit me baby one more time

Tuesday, January 11, 2011

Day 7 #30HariCSK: Ngarep

Wanita Sial!

Malam itu ia mencium kekasihku. Aku tidak memaafkan dia, tentunya. Tetapi aku memaafkan kekasihku. Dia khilaf.

Dua minggu yang lalu ia mendapatkan kesempatan yang sudah lama kutunggu, yaitu menjadi project leader untuk Jakarta Chic Runway Project 2011 hanya karena ia lebih cantik. Tapi tidak lebih stylish,
catat itu.

Tapi aku tahu, selama ini dia sangat ingin menjadi aku. Aku tahu.

Sebut saja topi jerami, syal sebagai vest, lipstik merah – orange, kuteks nude, sampai tote bag dusty grey, flipflop warna gonjreng, sebut saja semua taksiranku selama ini. Cih.

Kuberi tahu ya, dia sudah hancur, seharusnya, kalau aku seorang wanita.

Sunday, January 9, 2011

Day 6 #30HariCSK: Ngantuk

Kepalanya terangguk. Sesekali matanya tertutup dan terbuka dengan berat.

Ia menyapu pandangan pada meja belajar yang berantakan, buku berserakan dan laptop menyala berisi bahan catatan selama satu semester.

“Uhhh..”, ia mengerang kesal. Terlalu banyak bahan yang belum ia sentuh, sedangkan ujian hanya tinggal.. lima.. ah, empat jam lagi.

Lalu ia memutuskan pergi membuat secangkir kopi hitam, berharap kantuknya hilang seketika. Ia menyesapnya sedikit, lalu kembali ke mejanya dengan langkah gontai.

Login twitter ah, batinnya. Wah! banyak yang belum tidur. Mention ah! Sari malah #curcol.. layak retweet nih! Eh, kok Bambang malah tidur, awas aja kalau besok nyontek! Eh, di reply nih, sama Teddy..

05.45.

“Mati gue!”

Saturday, January 8, 2011

Day 5 #30HariCSK: Canggung.

“Halo.”
“Halo.”
“…”
“...”
“.. hm..”
“… ya?”
“Apa kabarmu dik?”
“Baik. Kamu sendiri?”
“Saya baik.”
“Oh.. bagus dong.”
“…”
“… ya..”
“Ya?”
“..Nggak.”
“Ibu gimana kabarnya?”
“Ibu baik..”
“Bapak baik?”
“Bapak juga baik.”
“Salam ya untuk Ibu dan Bapak.”
“Iya nanti disampaikan.”
“Iya…”
“Iya…”
“…”
“Tahun ini kamu nggak pulang lagi?”
“Hm.. nggak bisa, dik. Saya lagi repot banget.”
“Oh.”
“Iya..”
“Bapak nyariin kamu.”
“Oh..”
“…”
“Gimana ya dik. Saya nggak bisa pulang.”
“Selamanya?”
“…”
“…”
“Dik?”
“Ya?”
“Saya mau menikah bulan depan.”
“Secepat itu?”
“Bukan.. bukan sama kamu.”
“…”
“Maaf ya.”
“…”
“Sampaikan maafku pada Ibu dan Bapak.”

Friday, January 7, 2011

Day 4 #30HariCSK: Sebuah Pilihan

Maret.
“Aku dilamar,” Dina, gadis 21 tahun itu sumringah dan rona membuncah di wajahnya.

Februari.
Ia tertawa kecil, “Ario baik.. Perhatian. Jadi yaa.. kita pacaran dulu aja..”

Instan? Ya. Macam mie sajalah.

Juni.
Ia resmi menjadi nyonya. Sebuah cincin berlapis emas menghiasi jemarinya.
“Bulan madu? Ah, tiap hari juga bulan madu, teh..”

September.
“Ario nggak suka aku terlalu sibuk.. Aku disuruh berhenti, tapi..”, ia memegangi perutnya, “.. anakku makan apa?”

Desember.
“Nggak apa-apa teh.” ia memegangi pipinya yang membiru.
Hari lain, matanya menghitam karena lebam.
Kadang ia terisak saat menerima telepon di ponselnya.

Januari.
Ia meletakkan kopernya. “Teh, nanti nebeng sampai rumah ibu, boleh?”

Tuesday, January 4, 2011

Day 3 #30HariCSK: Sahabat


"Rin, ada apa?", Sisil meletakkan tas merah-nya dan duduk bersebelahan denganku.

Wanita ini sudah menjadi sahabatku sejak, entahlah. Wajar kalau ia mampu membacaku luar dalam.

“Rileks, Rin..”, katanya lalu tersenyum.
“Aku…”, aku menghela nafas, “Dulu aku nggak pernah nyontek.”
“Oke..”, Sisil menyimak dengan seksama.
“Aku nggak pernah mencuri.”,
“Membohongi orangtua saja rasanya aku berdosa banget.. sampai ingin bunuh diri..”
“Iya..”
“Aku nggak tega menyakiti siapapun, apapun. Bahkan semut! Aku.. aku…”

Sisil tersenyum. “Ssh.. tarik napas dulu.”, ia menunggu sejenak, “kamu orang baik, Rin. Kesalahan apapun yang kamu buat pasti bisa dimaklumi..”

“Beneran?”


Ia mengangguk. “Kamu ngapain sih emangnya?”

“Aa..aku..”, kataku terbata lagi. “Aku tadi ciuman sama pacar kamu!”

Monday, January 3, 2011

Day 2 #30HariCSK: Penantian

Ia berkaca entah yang keberapa kalinya. Sesekali merapikan poninya yang sudah tertata rapih, memilin kepangannya yang terjulur ke depan. Gadis itu tersenyum pada bayangannya sendiri.

Sambil merapikan roknya, ia menggumam kecil.

“Pagi..”
Ia menggeleng, lalu melirik ke jam dinding yang teronggok di atas pintu, lalu merapikan poninya, kepangannya dan seterusnya.

Kring.. Kring..

Itu dia! Jantungnya berdegup keras, ia berlari kecil ke arah suara itu berasal.

“Selamat pagi..”

“Pagi..”, kata sang gadis sambil meraih sebuah amplop dari tangan pria necis dengan sepeda kumbangnya. “Terima kasih.”

Gadis itu tidak sabar, ia merobek sisi amplopnya. Matanya berbinar. Senyum menghiasi wajahnya.

Dia.. telah berjumpa dengan pujaan hatinya.

Sunday, January 2, 2011

Day 1 #30HariCSK: Rapor


“Hei, kamu dengar nggak sih?”, suara itu membuyarkan lamunanku, “Saya kok kayak yang ngomong sendiri ya dari tadi!”
Saya mengangguk.
Wanita itu memegang sebuah buku yang sedang dilihatnya dengan seksama. Terlihat jelas nama yayasan, lambang institusi formal dan juga namaku tertera besar-besar di bagian bawah.
“Jadi, ini apa?”, ia membanting buku itu ke atas meja di depanku persis hingga terbuka di halaman tertentu yang berisi tulisan dan angka dengan paduan ciamik bolpoin hitam dan merah. Entah mengapa wanita ini tidak menyukainya. Saya suka!
“Saya malu! Saya sudah capek ngurusin kamu! Kamu maunya apa sih sebenarnya?”
“Saya mau.. PSP*!”, kataku lantang.
Wanita itu kini histeris dan menjambaki rambutnya sendiri.
“Mama.. Mama kenapa?"
*PSP: PlayStation Portable

#30HariCSK

Seorang teman bernama Tere, penulis handal, pemikir kritis dan seorang wedding organizer berpengalaman sedang melakukan tantangan (pada dirinya sendiri) 30 hari (menulis) cerita seratus kata. Simpel sih sepertinya, karena temanya bebas, so you can actually write whatever, like, whatever!

Saya mau ikutan ah, kalau mulai hari ini, seharusnya saya kelar di tanggal 31. Se.. ha.. rus.. nyaaaa!

Wish me luck yaa. Kalau ngga sempat pun, saya usahakan saya akan tetap menulis sampai tantangan ini genap 30 hari :)

Ada yang kepingin ikutan? Dear you, writers, come on!